PDM Kabupaten Aceh Barat - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Aceh Barat
.: Home > Artikel

Homepage

Muhammadiyah Mendukung Qanun Aceh

.: Home > Artikel > PDM
28 Desember 2015 16:03 WIB
Dibaca: 1656
Penulis : Al Yasa Abubakar

Prof. Dr. Tgk. H. Alyasa’ Abu Bakar, M.A.      |   foto: pasca-uinsuska.info

 

 

Khutbah Iftitah Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Aceh

dalam Acara Pembukaan Musyawarah Wilayah

Muhammadiyah dan `Aisyiah Ke 38 di Banda Aceh

Ajaklah ke jalan Tuhan mu dengan bijaksana dan kata-kata yang santun, dan berdiskusilah dengan alasan yang lebih baik dan lebih meyakinkan. Sesungguhnya Tuhanmulah yang lebih mengetahui siapa-siapa yang tersesat  dari jalan Nya dan siapa pula yang mendapat petunjuk Nya (An-Nahl 125).

Karena rahmat dari Allahlah maka kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu kejam dan berhati kasar tentulah mereka akan menjauh dari lingkunganmu. Maka maafkanlah mereka, dan mohonlah ampun bagi mereka. Dan Bermusyawarahlah dengan mereka dalam berbagai urusan. Jika kemudian kamu mengambil keputusan, maka berta-wakkallah kepada Allah. Sungguh Allah mencintai orang yang bertawakkal (Ali `Imran 159) 

Yang kami hormati,

Bapak Prof. Dr. Dadang Kahmat, sebagai wakil Pimpinan Pusat Muhammadiyah;

Ibu Dra. Diah Siti Nuraeni dan Ibu Dr Alimatul Qibtiah sebagai wakil Pimpinan Pusat `Aisyiyah;

Bapak Gubernur Provinsi Aceh;

Bapak Ketua DPR Aceh atau yang mewakili;

Bapak Panglima Kodam Iskandar Muda atau yang mewakili;

Bapak Kepala Kepolisian Daerah Aceh atau yang mewakili;

Ibu Walikota Banda Aceh atau yang mewakili;

Bapak Ketua Majelis Adat Aceh;

Bapak-bapak  Rektor  Universitas Negeri dan Swasta yang berhadir;

Bapak-bapak dan ibu-ibu para kepala SKPA dan Anggota DPRA/DPRK yang berhadir;

Bapak-bapak dan ibu-ibu pimpinan partai dan organisasi sosial kemasyarakatan yang berhadir;

Bapak-bapak dan ibu-ibu para ulama, cerdik cendekia dan tokoh masyarakat;

Saudara-saudara para wartawan dari media cetak dan elektronik;

Bapak Camat, Kapolsek, dan Koramil Kecamatan Lueng Bata;

Bapak Keuchik danTeungku Imeum Gampong Batoh;

Yang kami muliakan Hadirin dan hadirat para tamu dan undangan lainnya;

Hadirin dan hadirat anggota dan peserta Musyawarah Wilayah Muhammadiyah dan `Aisyiah Aceh ke 38 yag berbahagia;

Hadirin dan hadirat para penggembira, warga dan simpatisan Muhammadiyah yang berhadir;

 

Alhamdulillah, dengan izin Allah pada hari ini telah dapat kita langsungkan upacara pembukaan Musyawarah Wilayah Muhammadiyah dan `Aisyiyah yang ke 38 yang sebentar lagi akan diresmikan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Dalam pidato pembukaan (khutbah iftitah) ini ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan.

Pertama sekali, kepemimpinan sekarang, yang merupakan hasil Musyawarah Wilayah di Blang Pidie Aceh Barat Daya Desember 2010, insya Allah akan mengakhiri masa baktinya. Dalam rentang ini Muhammadiyah dan `Aisyiyah di seluruh Aceh telah menunjukkan kiprah dan kegiatannya melalui amal ibadat dan amal usaha yang relatif beragam, di tengah masyarakat yang bergerak secara sangat dinamis.

Salah satu kiprah Muhammadiyah dan `Aisyiyah yang sering tidak disadari adalah pelatihan dan upaya untuk menghidupkan dan menjalankan roda organisasi sebagai kegiatan bersama. Melakukan rapat dan musyawarah, membuat keputusan, menjalankannya secara bersama dan mengawasinya pula secara bersama di bawah bimbingan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagai aturan tertinggi organisasi. Kepemimpinan dalam Muhammsdiyah dan `Aisyiyah bersifat kolektif bukan tunggal. Rapat dan musyawarah harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan dengan kuorum yang tidak terlalu ketat. Keputusan-keputusan harus dibuat di dalam rapat, setelah berdiskusi dan mempertimbangkan berbagai pilihan dan kemungkinan-kemungkinan.

Untuk ini saya ingin mengingatkan kita semua, kemampuan berorganisasi secara baik adalah salah satu modal dasar untuk kelahiran masyarakat madani yang egaliter dan demoktratis. Sedang untuk berorganisasi secara baik perlu sikap dasar yang baik, seperti keikhlasan, kejujuran, amanah, kebersamaan dan keinginan untuk beramal lilahi ta`ala, seperti tercermin dalam slogan fastabiqul khayrat.  Saya berharap hal ini terus dihidupkan, dijaga dan dipupuk sehingga tumbuh subur dan semakin subur di masa yang akan datang. Alhamdulillah, Muhammadiyah dan `Aisyiyah telah melakukannya sejak dari awal kehadirannya dan insya Allah akan tetap mampu melakukannya di masa depan nanati. Untuk itu kita harus berusaha secara sungguh-sungguh dan berdo`a secara ikhlas dan tulus.

Hal yang kedua, Muhammadiyah dapat hadir dan berkiprah di tengah masyarakat di seluruh Aceh adalah karena didukung oleh keadaan yang kondusif, yaitu bantuan masyarakat dan perlindungan pemerintah. Muhammadiyah adalah organisasi yang toleran, yang ingin mengajarkan keragaman dalam beribadat dan menerima ilmu pengetahuan untuk menafsirkan Al-qur’an dan hadis. Muhammadiyah mendorong masyarakat agar membuat perencanaan untuk berbagai kegiatan dan amal usahanya, dalam upaya menjadikan masyarakat berorientasi ke masa depan sebagai ganti dari berorientasi ke masa lalu.

Muhammadiyah mendukung Qanun Aceh yang sudah menyatakan bahwa akidah yang diizinkan berkembang di Aceh adalah akidah Ahlussunnah wal Jamaah. Muhammadiyah menerimanya tanpa keberatan karena memahaminya menurut apa adanya, sesuai dengan arti yang dikandung istilah tersebut. Ahlussunnah wal jamaah adalah akidah yang berdasar kepada Al-qur’an dan Sunnah Rasulullah menurut pemahaman para Sahabat radhiyallahu `anhum yang bertumpu pada enam rukun iman. Pada masa belakangan pemahaman ini disistematisasi dengan cara dan metode tertentu, seperti murji’ah, salafiah, asy`ariah dan maturidiah. Pada masa sekarang para ulama sedang berusaha untuk mengembangkan dan menyusunnya kembali dengan sistematika dan cara baru, agar mudah dipahami oleh masyarakat masa kini yang logika berpikirnya sangat dipengaruhi oleh kemajuan ilmu dan teknologi. Muhammadiyah juga tidak keberatan dengan qanun yang menyatakan bahwa pelaksanaan amal ibadah di Aceh akan mengutamakan mazhab Syafi`iah, karena dalam pasal yang sama ada ketentuan yang secara jelas menyataan bahwa amal ibadat menurut paham organisasi keagamaan yang diakui sah dalam NKRI, boleh diamalkan, akan diberi fasilitas dan akan dilindungi oleh Pemerintah Aceh dan kabupaten/kota.

Muhammadiyah akan keberatan dan tidak akan menerima kalau ketentuan yang ada dalam qanun dipahami secara sempit, dibatasi pada  tafsir, pemahaman atau keinginan kelompok-kelompok tertentu. Muhammadiyah berharap ketentuan dalam qanun-qanun ini selalu ditafsirkan secara terbuka dan menurut apa adanya, sehingga ruh toleransi dan kelapangan yang ada di dalamnya tidak hilang karena adanya keinginan dan pembatasan oleh kelompok atau aliran tertentu.

Hadirin hadirat para undangan serta anggota dan peserta Musyawarah Wilayah Muhammadiyah dan `Aisyiyah yang saya muliakan.

Pimpinan Wilayah memilih Universitas Muhammadiyah Aceh sebagai tempat melaksanakan musyawarah wilayah, adalah untuk  melestarikan tradisi, bahwa kegiatan-kegiatan Muhammadiyah dan `Aisyiyah sedapatnya dilakukan di lingkungan amal usaha Muhammadiyah sendiri, dengan mempertimbangkan kesederhanaan, kesantunan, kebersamaan dan kesungguhan, sehingga tetap dapat memperoleh hasil yang maksimal dan optimal.

Selanjutnya, atas nama Pimpinan Wilayah Muhammadiyah kami ucapkan terima kasih kepada Pemerintah Aceh, serta Pemerintah Kabupatan dan Kota yang telah membantu Muhammadiyah dan `Aisyiyah sehingga dapat beraktifitas membantu mencerdaskan umat dalam bidang amal ibadah, amal usaha pendidikan dan sosial, serta latihan untuk berorganisasi secara berkesinambungan. Kami  berharap bantuan yang selama ini telah diberikan dapat terus berlanjut dan bahkan kalau mungkin semakin ditingkatkan lagi.

Kepada Panitia Pelaksana Musyawarah Wilayah, yaitu Universitas Muhammadiyah Aceh beserta seluruh jajarannya, kami ucapkan terima kasih yang tulus dan khusus, karena dengan jerih payah dan perhatian penuh merekalah kegiatan ini dapat berlangsung seperti yang kita rasakan sekarang.

Sebagai penutup, atas nama Pimpinan Wilayah, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya atas berbagai kekurangan selama periode kepemimpinan sekarang. Sedang untuk kegiatan Musyawarah Wilayah ini, sekiranya ada pelayanan yang kurang berkenan atau tidak pada tempatnya, kami harap dapat disampaikan kepada panitia untuk dicarikan jalan keluarnya. Namun kalau tidak dapat diatasi kami mohon maaf, karena kami yakin hal tersebut tidak dilakukan karena kesengajaan, tetapi karena berbagai keterbatasan yang ada pada Pimpinan Wilayah dan panitia pelaksana Musyawarah Wilayah.

Ahirnya kepada Allah SWT kita berserah diri, kepada Nya kita persembahkan bakti, kepada Nya kita mohon ampun penenang hati, kepada Nya pula kita mohon hidayah pencerah nurani.

Saya akan menutup pidato iftitah ini dengan seuntai pantun,

 

Di ufuk Yogya terbit sang surya

Di bumi Aceh bersinar hangat

Di Muhammadiyah dan Aisyiah kami berkarya

Untuk anak cucu dan bekal akhirat

 

Fastabiqul khairat, walhamdulillahi rabbil `alamin.

Assalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

sumber: alyasaabubakar.com

keterangan: judul artikel diberikan oleh redaksi.

Pembukaan Musywil Muhammadiyah & Aisyiyah Aceh ke-38 di Kampus Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha), Batoh, Lueng Bata, Banda Aceh. (foto: pikore.com/unmuha)


Tags: PidatoIftitah , MusywilMuhammadiyahAceh , AlYasaAbubakar

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website